JellyPages.com

Entri Populer

Sabtu, 15 Desember 2012

Penyesuaian sosial dan identik diri anak usia dini

PENYESUAIAN SOSIAL & IDENTIK DIRI PADA AUD a. Hakikat Penyesuaian Sosial dan Penyesuaian Diri  Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman maupun orang yang tidak kenal, sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Biasanya orang yang melakukan penyesuaian sosial dengan baik mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untk membantu orang alin, meskipun mereka sendiri mengalami kesulitan. Mereka tidak terikat pada diri sendiri. Anak-anak diharapakan agar semakin lama dapat semakin menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan dapat memenuhi harapan sosial sesuai dengan usia mereka. Tidak seorangpun mengaharapkan bayi menjadi orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, mereka terlalu terikat pada diri sendiri untuk memikirkan orang lain dan terlalu buta tentang harapan sosial untuk mengethaui bagaimana cara menyesuaikan diri terhadap berbagai pola perilaku yang memperoleh restu sosial. Namun, semkin besar, mereka semakin disini secar kritis. Kriteria Penyesuaian Sosial • Penampilan Nyata Bila perilaku sosial anak, seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya, memenuhi harapan kelompok, dia akan menjadi anggota yang diterima kelompok. • Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok-baik, kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa, secara sosial dianggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik. • Sikap Sosial Anak harus menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang alin, terhadap partisipasi sosial, dan terhadap perannya dalam kelompok sosial, bila ingin dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial. • Kepuasan Pribadi Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, anak harus merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.  Penyesuaian Diri Menurut Schneiders (dalam Patosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat. Sawrey dan Telford (dalam Colhoun & Acocella, 1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi terus-menerus antara individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional. Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan. Penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi yang kontiniu dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia. Ketiga faktor ini secara konsisten mempengaruhi seseorang. Hubungan ini bersifat timbal balik (Calhoun & Acocella, 1990). Dari pendapat para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri AUD Sawrey dan Telford (dalam Calhoun & Acocella, 1995) mengemukakan bahwa penyesuaian bervariasi sifatnya, apakah sesuai atau tidak dengan keinginan sosial, sesuai atau tidak dengan keinginan personal, menunjukkan konformitas sosial atau tidak, dan atau kombinasi dari beberapa sifat di atas. Sawrey dan Telford lebih jauh lagi mengemukakan bahwa penyesuaian yang dilakukan tergantung pada sejumlah faktor yaitu pengalaman terdahulu, sumber frustrasi, kekuatan motivasi, dan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah. Menurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah: • Keadaan fisik Kondisi fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi adanya hambatan pada individu dalam melaksanakan penyesuaian diri. • Perkembangan dan kematangan Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda pada setiap tahap perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya, individu meninggalkan tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal tersebut bukan karena proses pembelajaran semata, melainkan karena individu menjadi lebih matang. Kematangan individu dalam segi intelektual, sosial, moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana individu melakukan penyesuaian diri. • Keadaan psikologis Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi tercapainya penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan cacat mental akan dapat melatarbelakangi adanya hambatan dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan respon yang selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan lingkungannya. Variabel yang termasuk dalam keadaan psikologis di antaranya adalah pengalaman, pendidikan, konsep diri, dan keyakinan diri. • Keadaan lingkungan Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram, aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta mampu memberikan perlindungan kepada anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian diri. Sebaliknya apabila individu tinggal di lingkungan yang tidak tentram, tidak damai, dan tidak aman, maka individu tersebut akan mengalami gangguan dalam melakukan proses penyesuaian diri. Keadaan lingkungan yang dimaksud meliputi sekolah, rumah, dan keluarga. Sekolah bukan hanya memberikan pendidikan bagi individu dalam segi intelektual, tetapi juga dalam aspek sosial dan moral yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah juga berpengaruh dalam pembentukan minat, keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang menjadi dasar penyesuaian diri yang baik (Schneiders, 1964). Keadaan keluarga memegang peranan penting pada individu dalam melakukan penyesuaian diri. Susunan individu dalam keluarga, banyaknya anggota keluarga, peran sosial individu serta pola hubungan orang tua dan anak dapat mempengaruhi individu dalam melakukan penyesuaian diri. Keluarga dengan jumlah anggota yang banyak mengharuskan anggota untuk menyesuaikan perilakunya dengan harapan dan hak anggota keluarga yang lain. Situasi tersebut dapat mempermudah penyesuaian diri, proses belajar, dan sosialisasi atau justru memunculkan persaingan, kecemburuan, dan agresi. Setiap individu dalam keluarga memainkan peran sosial sesuai dengan harapan dan sikap anggota keluarga yang lain. Orang tua memiliki sikap dan harapan supaya anak berperan sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Sikap dan harapan orang tua yang realistik dapat membantu remaja mencapai kedewasaannya sehingga remaja dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tanggung jawab. Sikap orang tua yang overprotektif atau kurang peduli akan menghasilkan remaja yang kurang mampu menyesuaikan diri. Hubungan anak dengan orang tua dapat mempengaruhi penyesuaian diri. Penerimaan orang tua terhadap remaja memberikan penghargaan, rasa aman, kepercayaan diri, afeksi pada remaja yang mendukung penyesuaian diri dan stabilitas mental. Sebaliknya, penolakan orang tua menimbulkan permusuhan dan kenakalan remaja. Identifikasi anak pada orang tua juga mempengaruhi penyesuaian diri. Apabila orang tua merupakan model yang baik, identifikasi akan menghasilkan pengaruh yang baik terhadap penyesuaian diri. • Tingkat religiusitas dan kebudayaan Religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan ketegangan psikis lain. Religiusitas memberi nilai dan keyakinan sehingga individu memiliki arti, tujuan, dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya (Schneiders, 1964). Kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri. Kemampuan anak menyesuaikan diri dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah: • Atribut anak (umur mental, gender, dan pengalaman berteman sebelumnya) Anak yang lebih siap masuk sekolah akan melalui proses penyesuaian diri dengan lebih mudah, apalagi bila ada banyak teman yang sudah dikenal sebelumnya masuk pada sekolah yang sama • Jenis/tipe hubungan anak dengan teman sekelas (teman dekat, hanya kenal, atau teman baru) Level berteman juga memberikan pengaruh pada proses penyesuaian diri anak, anak yang mempunyai jumlah teman dekat lebih banyak pada sekolah yang sama akan lebih mudah menyesuaikan diri. • Pengalaman pertemanan yang dimiliki anak pada awal masuk sekolah Pertemanan awal adalah hal yang cukup kritikal pada saat anak mulai masuk TK. Apabila dia merasa nyaman, maka proses penyesuaian diri selanjutnya akan berjalan baik • Support dari guru, orangtua, dan teman kelas. Peran orangtua dalam masa awal masuk sekolah sangat penting. Orantua menjadi pendukung utama yang memberikan rasa aman dan nyaman, dan ini membantu kesiapan anak secara psikis untuk mulai bersekolah. Guru berperan dalam membantu proses penyesuaian di sekolah berjalan baik dengan mecipatakan ikilim kelas yang kooperatif dan myaman. c. Kesulitan-kesulitan AUD dalam Penyesuaian Diri Beberapa permasalahan sosial pada anak usia TK, yaitu maladjustment, egosentrisme, agresif, dan perilaku anti sosial, seperti negativisme, pertengkaran, mengejek dan menggertak, perilaku sok kuasa, prasangka, serta antagonisme jenis kelamin. Faktor penyebab terbentuknya perilaku anti sosial, antara lain sebagai berikut. • Sikap orang tua yang overprotected. • Sikap orang tua yang suka membandingkan. • Kurangnya kesempatan untuk bergaul dengan anak lain. • Pola asuh otoriter. Sering kita lihat ada anak yang belum mau ditinggal oleh orangtua meskipun pelajaran sudah berjalan beberapa minggu. Ada banyak hal yang melatarbelakangi fenomena tersebut, salahsatunya adalah karena anak belum merasa nyaman dengan keadaan dan juga teman baru. Mereka memerlukan waktu tambahan untuk beradaptasi dengan ritme pertemanan dan juga pembelajaran di TK. Dalam hal ini kita perlu mengingat bahwa salah satu tujuan pengajaran di TK adalah melatih kemandirian, dimana anak diharapkan untuk bisa menyelesaikan masalah sendiri, termasuk tidak tergantung pada kehadiran orangtua selama berada di sekolah. Namun demikian, kemampuan menyesuaikan diri anak berbeda-beda, ada yang tidak bisa terjadi secara spontan dan membutuhkan proses bertahap. Pada awalnya mungkin perlu kehadiran orangtua, sampai akhirnya anak belajar untuk menjadi berani bersekolah tanpa ditunggui orangtua. Penanganan gangguan sosial pada anak usia TK tergantung empat faktor berikut. • Adanya kesempatan untuk bergaul dengan anak lain. • Anak diajari berkomunikasi yang beragam. • Anak punya motivasi untuk bergaul. • Adanya bimbingan dari orang tua. d. Peranan Keluarga/ Sekolah dalam Mengembangkan Penyesuaian Diri AUD Peran Guru sebagai aktor dalam membantu penyesuaian diri anak di sekolah Salah satu keahlian guru yang diharapkan adalah kemampuannya dalam memilih metode pembelajaran yang paling tepat untuk anak didiknya. Metode yang dapat digunakan untuk membantu proses pengembangan sosial di antaranya adalah: metode pengelompokan anak; modelling dan immitating; bermain kooperatif; belajar berbagi (sharing). e. Konsep Diri dan Penyesuaian Diri AUD Konsep diri diartikan sebagai perilaku dimana seseorang secara individual memunculkan dirinya (William Blake). Konsep diri sebenarnya ialah konsep seseorang tentang apa dan siapa dirinya itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin yang sebagian ditentukan oleh peran dari hubungan dengan orang lain bagaimana reaksi orang. Menurut kamus umum bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta), konsep diri mengandung arti “orang seorang” yang terasing dari yang lain badan perpustakaan bart menggunakan istilah “self concept”. Istilah tersebut mengandung pengertian penilaian seseorang tentang dirinya, sebagaimana yang dilihat, dirasakan dan dialaminya. Dari kedua pengertian diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang menyangkut berbagai hal tentang dirinya. Gambaran tentang dirinya menjadi aspek fisik dan psikologis yang menyangkut aspek sosial, emosi, aspirasi dan prestasinya. Konsep diri pada dasarnya merupakan gambaran yang dimiliki seseorang menyangkut berbagai hal tentang dirinya. Dengan demikian, konsep diri identik dengan citra diri. Secara fisik, citra diri anak sangat dipengaruhi oleh penampilan fisiknya dan daya tariknya. Disamping itu citra diri juga dipengaruhi oleh kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya dan pentingya berbagai bagian tubuh yang dipikirkan anak. Semua itu dapat meningkatkan atau sebaliknya menurunkan harga dirinya dimata orang lain. Citra diri yang bersifat psikologis sangat berkaitan dengan berbagai sifat yang dimiliki anak. Sifat berani, jujur dan mandiri serta kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak, akan meningkatkan harga dirinya di mata orang lain. Penilaian orang-orang yang berpengaruh dimata anak (significant other) seperti orang tua, guru atau teman sebaya, tentang dirinya, turut member konsep diri anak. Apabila ia yakin bahwa orang-orang yang dianggapnya penting menyukainya, maka ia akan memiliki konsep diri yang positif. Sebaliknya, apabila orang-orang tersebut dianggap tidak menyukainya, maka konsep diri terbentuk cenderung negatif.   DAFTAR PUSTAKA B, Elizabeth., Hurlock. 1998. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Santrock, John. W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33593/4/Chapter%20II.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/perk_sosio-emosional_anak.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar