JellyPages.com

Entri Populer

Sabtu, 15 Desember 2012

Penyesuaian sosial dan identik diri anak usia dini

PENYESUAIAN SOSIAL & IDENTIK DIRI PADA AUD a. Hakikat Penyesuaian Sosial dan Penyesuaian Diri  Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman maupun orang yang tidak kenal, sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Biasanya orang yang melakukan penyesuaian sosial dengan baik mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untk membantu orang alin, meskipun mereka sendiri mengalami kesulitan. Mereka tidak terikat pada diri sendiri. Anak-anak diharapakan agar semakin lama dapat semakin menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan dapat memenuhi harapan sosial sesuai dengan usia mereka. Tidak seorangpun mengaharapkan bayi menjadi orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, mereka terlalu terikat pada diri sendiri untuk memikirkan orang lain dan terlalu buta tentang harapan sosial untuk mengethaui bagaimana cara menyesuaikan diri terhadap berbagai pola perilaku yang memperoleh restu sosial. Namun, semkin besar, mereka semakin disini secar kritis. Kriteria Penyesuaian Sosial • Penampilan Nyata Bila perilaku sosial anak, seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya, memenuhi harapan kelompok, dia akan menjadi anggota yang diterima kelompok. • Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok-baik, kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa, secara sosial dianggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik. • Sikap Sosial Anak harus menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang alin, terhadap partisipasi sosial, dan terhadap perannya dalam kelompok sosial, bila ingin dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial. • Kepuasan Pribadi Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, anak harus merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.  Penyesuaian Diri Menurut Schneiders (dalam Patosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat. Sawrey dan Telford (dalam Colhoun & Acocella, 1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi terus-menerus antara individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional. Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan. Penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi yang kontiniu dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia. Ketiga faktor ini secara konsisten mempengaruhi seseorang. Hubungan ini bersifat timbal balik (Calhoun & Acocella, 1990). Dari pendapat para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri AUD Sawrey dan Telford (dalam Calhoun & Acocella, 1995) mengemukakan bahwa penyesuaian bervariasi sifatnya, apakah sesuai atau tidak dengan keinginan sosial, sesuai atau tidak dengan keinginan personal, menunjukkan konformitas sosial atau tidak, dan atau kombinasi dari beberapa sifat di atas. Sawrey dan Telford lebih jauh lagi mengemukakan bahwa penyesuaian yang dilakukan tergantung pada sejumlah faktor yaitu pengalaman terdahulu, sumber frustrasi, kekuatan motivasi, dan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah. Menurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah: • Keadaan fisik Kondisi fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi adanya hambatan pada individu dalam melaksanakan penyesuaian diri. • Perkembangan dan kematangan Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda pada setiap tahap perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya, individu meninggalkan tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal tersebut bukan karena proses pembelajaran semata, melainkan karena individu menjadi lebih matang. Kematangan individu dalam segi intelektual, sosial, moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana individu melakukan penyesuaian diri. • Keadaan psikologis Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi tercapainya penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan cacat mental akan dapat melatarbelakangi adanya hambatan dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan respon yang selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan lingkungannya. Variabel yang termasuk dalam keadaan psikologis di antaranya adalah pengalaman, pendidikan, konsep diri, dan keyakinan diri. • Keadaan lingkungan Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram, aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta mampu memberikan perlindungan kepada anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian diri. Sebaliknya apabila individu tinggal di lingkungan yang tidak tentram, tidak damai, dan tidak aman, maka individu tersebut akan mengalami gangguan dalam melakukan proses penyesuaian diri. Keadaan lingkungan yang dimaksud meliputi sekolah, rumah, dan keluarga. Sekolah bukan hanya memberikan pendidikan bagi individu dalam segi intelektual, tetapi juga dalam aspek sosial dan moral yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah juga berpengaruh dalam pembentukan minat, keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang menjadi dasar penyesuaian diri yang baik (Schneiders, 1964). Keadaan keluarga memegang peranan penting pada individu dalam melakukan penyesuaian diri. Susunan individu dalam keluarga, banyaknya anggota keluarga, peran sosial individu serta pola hubungan orang tua dan anak dapat mempengaruhi individu dalam melakukan penyesuaian diri. Keluarga dengan jumlah anggota yang banyak mengharuskan anggota untuk menyesuaikan perilakunya dengan harapan dan hak anggota keluarga yang lain. Situasi tersebut dapat mempermudah penyesuaian diri, proses belajar, dan sosialisasi atau justru memunculkan persaingan, kecemburuan, dan agresi. Setiap individu dalam keluarga memainkan peran sosial sesuai dengan harapan dan sikap anggota keluarga yang lain. Orang tua memiliki sikap dan harapan supaya anak berperan sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Sikap dan harapan orang tua yang realistik dapat membantu remaja mencapai kedewasaannya sehingga remaja dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tanggung jawab. Sikap orang tua yang overprotektif atau kurang peduli akan menghasilkan remaja yang kurang mampu menyesuaikan diri. Hubungan anak dengan orang tua dapat mempengaruhi penyesuaian diri. Penerimaan orang tua terhadap remaja memberikan penghargaan, rasa aman, kepercayaan diri, afeksi pada remaja yang mendukung penyesuaian diri dan stabilitas mental. Sebaliknya, penolakan orang tua menimbulkan permusuhan dan kenakalan remaja. Identifikasi anak pada orang tua juga mempengaruhi penyesuaian diri. Apabila orang tua merupakan model yang baik, identifikasi akan menghasilkan pengaruh yang baik terhadap penyesuaian diri. • Tingkat religiusitas dan kebudayaan Religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan ketegangan psikis lain. Religiusitas memberi nilai dan keyakinan sehingga individu memiliki arti, tujuan, dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya (Schneiders, 1964). Kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri. Kemampuan anak menyesuaikan diri dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah: • Atribut anak (umur mental, gender, dan pengalaman berteman sebelumnya) Anak yang lebih siap masuk sekolah akan melalui proses penyesuaian diri dengan lebih mudah, apalagi bila ada banyak teman yang sudah dikenal sebelumnya masuk pada sekolah yang sama • Jenis/tipe hubungan anak dengan teman sekelas (teman dekat, hanya kenal, atau teman baru) Level berteman juga memberikan pengaruh pada proses penyesuaian diri anak, anak yang mempunyai jumlah teman dekat lebih banyak pada sekolah yang sama akan lebih mudah menyesuaikan diri. • Pengalaman pertemanan yang dimiliki anak pada awal masuk sekolah Pertemanan awal adalah hal yang cukup kritikal pada saat anak mulai masuk TK. Apabila dia merasa nyaman, maka proses penyesuaian diri selanjutnya akan berjalan baik • Support dari guru, orangtua, dan teman kelas. Peran orangtua dalam masa awal masuk sekolah sangat penting. Orantua menjadi pendukung utama yang memberikan rasa aman dan nyaman, dan ini membantu kesiapan anak secara psikis untuk mulai bersekolah. Guru berperan dalam membantu proses penyesuaian di sekolah berjalan baik dengan mecipatakan ikilim kelas yang kooperatif dan myaman. c. Kesulitan-kesulitan AUD dalam Penyesuaian Diri Beberapa permasalahan sosial pada anak usia TK, yaitu maladjustment, egosentrisme, agresif, dan perilaku anti sosial, seperti negativisme, pertengkaran, mengejek dan menggertak, perilaku sok kuasa, prasangka, serta antagonisme jenis kelamin. Faktor penyebab terbentuknya perilaku anti sosial, antara lain sebagai berikut. • Sikap orang tua yang overprotected. • Sikap orang tua yang suka membandingkan. • Kurangnya kesempatan untuk bergaul dengan anak lain. • Pola asuh otoriter. Sering kita lihat ada anak yang belum mau ditinggal oleh orangtua meskipun pelajaran sudah berjalan beberapa minggu. Ada banyak hal yang melatarbelakangi fenomena tersebut, salahsatunya adalah karena anak belum merasa nyaman dengan keadaan dan juga teman baru. Mereka memerlukan waktu tambahan untuk beradaptasi dengan ritme pertemanan dan juga pembelajaran di TK. Dalam hal ini kita perlu mengingat bahwa salah satu tujuan pengajaran di TK adalah melatih kemandirian, dimana anak diharapkan untuk bisa menyelesaikan masalah sendiri, termasuk tidak tergantung pada kehadiran orangtua selama berada di sekolah. Namun demikian, kemampuan menyesuaikan diri anak berbeda-beda, ada yang tidak bisa terjadi secara spontan dan membutuhkan proses bertahap. Pada awalnya mungkin perlu kehadiran orangtua, sampai akhirnya anak belajar untuk menjadi berani bersekolah tanpa ditunggui orangtua. Penanganan gangguan sosial pada anak usia TK tergantung empat faktor berikut. • Adanya kesempatan untuk bergaul dengan anak lain. • Anak diajari berkomunikasi yang beragam. • Anak punya motivasi untuk bergaul. • Adanya bimbingan dari orang tua. d. Peranan Keluarga/ Sekolah dalam Mengembangkan Penyesuaian Diri AUD Peran Guru sebagai aktor dalam membantu penyesuaian diri anak di sekolah Salah satu keahlian guru yang diharapkan adalah kemampuannya dalam memilih metode pembelajaran yang paling tepat untuk anak didiknya. Metode yang dapat digunakan untuk membantu proses pengembangan sosial di antaranya adalah: metode pengelompokan anak; modelling dan immitating; bermain kooperatif; belajar berbagi (sharing). e. Konsep Diri dan Penyesuaian Diri AUD Konsep diri diartikan sebagai perilaku dimana seseorang secara individual memunculkan dirinya (William Blake). Konsep diri sebenarnya ialah konsep seseorang tentang apa dan siapa dirinya itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin yang sebagian ditentukan oleh peran dari hubungan dengan orang lain bagaimana reaksi orang. Menurut kamus umum bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta), konsep diri mengandung arti “orang seorang” yang terasing dari yang lain badan perpustakaan bart menggunakan istilah “self concept”. Istilah tersebut mengandung pengertian penilaian seseorang tentang dirinya, sebagaimana yang dilihat, dirasakan dan dialaminya. Dari kedua pengertian diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang menyangkut berbagai hal tentang dirinya. Gambaran tentang dirinya menjadi aspek fisik dan psikologis yang menyangkut aspek sosial, emosi, aspirasi dan prestasinya. Konsep diri pada dasarnya merupakan gambaran yang dimiliki seseorang menyangkut berbagai hal tentang dirinya. Dengan demikian, konsep diri identik dengan citra diri. Secara fisik, citra diri anak sangat dipengaruhi oleh penampilan fisiknya dan daya tariknya. Disamping itu citra diri juga dipengaruhi oleh kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya dan pentingya berbagai bagian tubuh yang dipikirkan anak. Semua itu dapat meningkatkan atau sebaliknya menurunkan harga dirinya dimata orang lain. Citra diri yang bersifat psikologis sangat berkaitan dengan berbagai sifat yang dimiliki anak. Sifat berani, jujur dan mandiri serta kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak, akan meningkatkan harga dirinya di mata orang lain. Penilaian orang-orang yang berpengaruh dimata anak (significant other) seperti orang tua, guru atau teman sebaya, tentang dirinya, turut member konsep diri anak. Apabila ia yakin bahwa orang-orang yang dianggapnya penting menyukainya, maka ia akan memiliki konsep diri yang positif. Sebaliknya, apabila orang-orang tersebut dianggap tidak menyukainya, maka konsep diri terbentuk cenderung negatif.   DAFTAR PUSTAKA B, Elizabeth., Hurlock. 1998. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Santrock, John. W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33593/4/Chapter%20II.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/perk_sosio-emosional_anak.pdf

pengertian makanan jajanan

A. Pengertian makanan jajanan. Pengertian makanan jajanan (Street Foods) adalah jenis makanan yang dijual dikaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, di tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis (Winarno, 1997). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain: tidak menderita penyakit mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya; menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya); menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; memakai celemek, dan tutup kepala; mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan; menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan; tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya); tidak batuk atau bersin di hadapan b Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang dijajanan harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan. B. Manfaat Makanan Jajanan Peranan makanan jajanan mulai mendapat perhatian secara internasional yang banyak menaru perhatian terhadap studi dan perkembangan makanan jajanan. Peranan makanan jajanan sebagai penyumbang gizi dalam menu sehari- hari yang tidak dapat disampingkan. Makanan jajanan mempunyai fungsi sosisal ekonomi yang cukup penting, dalam arti pengembangan makanan jajanan dapat meningkatkan sosial ekonomi pedagang. Di samping itu, makanan jajanan memberikan kontribusi gizi yang nyata terhadap konsumen tertentu (Persagi, 1992). Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga dapat melengkapi atau menambah kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk mengisi kekosongan lambung, karena setiap 3-4 jam sesudah makan, lambung mulai kosong. Akhirnya apabila tidak beri jajan, si anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya kepada pelajaran yang diberikan oleh guru dikelasnya. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak dalam memilih jajan menurut 4 sehat 5 sempurna (Yusuf, dkk, 2008). Namun, terlalu sering mengkonsumsi makanan jajanan akan berakibat negatif, antara lain nafsu makan menurun, makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit, dapat menyebabkan obesitas pada anak, kurang gizi karena kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin dan pemborosan. Permen yang menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik sebab hanya mengandung karbohidrat. Terlalu sering makan permen dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan gigi (Irianto, 2007). C. Kiat memilih jajanan Sehat • Pangan jajanan termasuk dalam kategori pangan siap saji (makanan dan minuman) yang dijual untuk langsung dikonsumsi tanpa proses pengolahan lebih lanjut. • Ragam pangan jajanan : Baso, mie goreng, nasi goreng, ayam goreng, burger, cakue, cireng, cilok, cimol, baso tahu, arumanis, gulali, es jepit, es lilin dan ragam pangan jajanan lainnya. • Pangan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas dari bahaya fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis. • Bahaya Fisik dapat berupa benda asing yang masuk kedalam pangan seperti : isi stapler, batu/kerikil, rambut, kaca, dll • Bahaya Kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan, atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan seperti : cairan pembersih, pestisida, cat, jamur beracun, singkong racun, jengkol, dll • Bahaya Biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab keracunan pangan, seperti : virus, parasit, kapang dan bakteri Kiat memilih makanan jajanan yang sehat dan aman. • Hindari pangan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa penutup dan tanpa kemasan. • Beli pangan yang dijual ditempat bersih dan terlindung dari : matahari, debu, hujan, angin dan asap kendaraan bermotor. Pilih tempat yang bebas dari serangga dan sampah. • Hindari pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran. Belilah pangan yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman. • Hindari pangan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebihan atau bahan tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya pangan seperti itu dijual dengan harga yang sangat murah. • Warna makanan atau minuman yang terlalu menyolok, besar kemungkinan mengandung pewarna sintetis, jadi sebaiknya jangan di beli. • Untuk rasa, jika terdapat rasa yang menyimpang, ada kemungkinan pangan mengandung bahan berbahaya atau bahan tambahan pangan yang berlebihan. Sebaiknya hindari minuman yang terasa pahit, yang kemungkinan mengandunng sakharin yang berlebihan, atau pangan yang terasa

Observasi dan kedudukannya

Pengertian Observasi dan Kedudukannya. Pengertian observasi dapat dirumuskan sebagai berikut : “Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung” cara atau metode tersebut dapat juga dikatakan dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko, checklist, atau daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian, secara garis besar teknik observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1).Structured or controlled observation (observasi yang direncanakan, terkontrol) 2).Unstructure or informal observation (observasi informasi atau tidak terencanakan lebih dahulu). Pada structured observation, biasanya mengamat menggunakan blangko-blangko daftar isian yang tersusun, dan didalamnya telah tercantum aspek-aspek ataupun gejala-gejala apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan itu dilakukan. Adapun pada unstructurred observation, pada umumnya pengamat belum atau tidak mengetahui sebelumnya apa yang sebenarnya harus dicatat dalam pengamatan itu. Aspek-aspek atau peristiwanya tidak terduga sebelumnya. Kedudukan Observasi di Dalam Evaluasi. Observasi merupakan metode langsung terhadap tingkah laku sampling di dalam situasi sosial, dengan demikian merupakan bantuan yang vital sebagai suatu alat evaluasi. Melalui observasi, deskripsi objektif dari individu-individu dalam hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan mereka dengan lingkungannya dapat diperoleh. Dengan mencatat tingkah laku ekspresi mereka yang timbul secara wajar, tanpa dibuat-buat, teknik observasi menjadi proses pengukuran (evaluasi) itu tanpa merusak atau mengganggu kegiatan-kegiatan normal dari kelompok atau individu yang diamati. Data yang dikumpulkan melalui observasi mudah dan dapat diolah dengan teknik statistik konvensional. Jenis-jenis situasi sosial yang dapat diselidiki dengan observasi sangat luas, mencakup bermacam penelitian mengenai tingkah laku fisik, sosial dan emosional, dari mulai TK, SD, SMP sampai kepada pengamatan terhadap tingkah laku orang dewasa, di pabrik-pabrik, di kantor-kantor, di rumah, dalam kelompok diskusi, dan dalam situasi-situasi lain di masyarakat. Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan atau skill. Misalnya untuk mengadakan penilaian terhadap murid-murid : bagaimana cara mengelas, membubut, menjahit pakaian, mengetik, membuat sambungan kusen pintu, dan menyambung kabel dan memasang alat-alat listrik. Dalam observasi ini guru menggunakan blangko daftar isian yang didalamnya telah tercantum aspek-aspek kegiatan dari keterampilan itu yang harus dinilai, dan kolom-kolom tempat membutuhkan check atau skor menurut standar yang telah ditentukan. Situasi di dalam Observasi. Yesrild dan Meigs membagi situasi-situasi yang dapat diselidiki melalui observasi langsung itu menjadi tiga macam, yaitu : 1. Situasi bebas (free situation) 2. Situasi yang dibuat (manipulated situation) 3. Situasi campuran (partially controlled) gabungan dari kedua situasi tersebut. Pada situasi bebas, klien yang diamati dalam keadaan bebas, tidak terganggu, dan tidak mengetahui bahwa ia atau mereka sedang diamati. Dengan observasi terhadap situasi bebas, mengamat dapat memperoleh data yang sewajar-wajarnya (apa adanya) tentang perisitiwa atau tingkah laku seseorang atau kelompok yang tidak dibuat-buat. Pada situasi yang dibuat, pengamat telah sengaja membuat atau menambahkan kondisi-kondisi atau situasi-situasi tertentu, kemudian mengamati bagaimana reaksi-reaksi yang timbul dengan adanya kondisi atau situasi yang sengaja di buat itu. Misalnya dengan memberikan sesuatu yang dapat menimbulkan frustasi. Observasi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan termasuk ke dalam jenis situasi (situasi yang dibuat). Situasi campuran (partially controlled) adalah situasi dalam observasi yang merupakan gabungan dari kedua macam situasi tersebut diatas. Tujuan-tujuan observasi dalam rangka evaluasi pendidikan pada umumnya untuk menilai pertumbuhan dan kemajuan murid dalam belajar, bagaimana perkembangan tingkah laku penyesuaian sosialnya, minat dan bakatnya dan seterusnya. Cara-cara Mencatatkan Observasi Ada dua cara pokok tentang mencatatkan observasi itu. 1. Unit-unit tingkah laku yang akan diamati dirumuskan atau ditentukan lebih dulu, dan catatan-catatan yang dibuat hanyalah mengenai aspek-aspek atau kegiatan yang telah ditentukan. 2. Kita mengadakan observasi tanpa menentukan lebih dulu aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan tingkah laku yang akan diamati. Dengan demikian, menurut cara yang kedua kita dapat memperoleh data yang luas dan bervariasi (banyak macamnya) Cara yang pertama biasa dilakukan dalam penyelidikan formal (formal studies), sedangkan cara yang kedua baik untuk digunakan bagi situasi-situasi informal. Dalam kegiatan evaluasi proses belajar-mengajar, kedua cara mencatatkan observasi tersebut diatas sering kali diperlukan dan dilakukan oleh guru-guru di sekolah Referensi : Drs. M. Ngalim Purwanto. M.P. 2008. Prinsip-prinsip evaluasi pengajaran. Posted on 27 Januari, 2008 by binhasyim

Kebiasaan makan dalam keluarga

KEBIASAAN MAKAN • Makan dalam keluarga. Makanan padat dan minum harus seimbang. Makanan padat jadi sumber gizi utama bayi Anda. Meski begitu, susu tetap harus masuk dalam daftar menu hariannya. Hanya saja, jangan biarkan ia minum susu terlalu banyak. Dua sampai tiga cangkir susu, atau kira-kira 500 ml susu dalam sehari untuk pertumbuhan; sebab si kecil tetap harus punya selera untuk menyantap makanannya. Dan karena jus juga bisa membuat anak kenyang, harus juga dibatasi. Kira-kira sebanyak 120 ml per hari sudah cukup. Mulai menikmati camilan. Sebagian pakar memperingatkan bahaya ‘mengemil kebanyakan’. Menurut mereka, kalau anak dibiarkan mengemil tanpa henti, ia tidak akan mempunyai selera makan saat waktu makan tiba. Camilan bisa diberikan 2 kali dalam sehari, yakni pukul 10.00 dan pukul 16.00. Sebaiknya, ini jadi jadwal rutin setiap hari disamping makan pagi, siang, dan malam. Dan mumpung ia lagi senang-senangnya mengemil, perhatikan kandungan gizi camilan yang Anda berikan: apakah buah, keju, secangkir kecil yogurt, atau crackers. Jangan sampai dalam sehari ia makan yang itu-itu saja. Biarkan ia memegang sendiri piranti makanannya. Pada usia ini, keterampilan si kecil dalam mengkoordinasikan jari-jari tangannya semakin oke. Anak mulai terampil memegang sendok dan gelasnya. Dan ia kelihatan sangat tidak sabar untuk belajar makan sendiri. Awalnya, mungkin saja ia lebih tertarik untuk ‘memanfaatkan’ piranti makannya ini sebagai mainan, senjata, atau jadi sasaran lempar-lemparan. Tidak perlu kesal. Diambil saja dan coba lagi memberikannya beberapa minggu sesudahnya. Setelah itu, ia akan rajin mencoba memasukkan makanan ke dalam mulut mungilnya. Pertama-tama, upayanya bisa gagal total. Lebih banyak makanan yang tumpah daripada yang masuk ke dalam mulut mungilnya. Dampingi dia dan ajari bagaimana cara tepat memasukkan sendok ke mulutnya. Lama kelamaan ia akan piawai mengarahkan sendoknya. Sekali lagi, yang dibutuhkan adalah kesabaran Anda dalam mendampinginya belajar makan. Jangan panik atau tidak sabaran, karena hal ini akan membuat dia tidak nyaman menjalani proses belajar makannya. Makanan keluarga. Ini periode penyesuaian si kecil untuk mengonsumsi menu keluarga. Sebagai makanan pokok keluarga Indonesia, nasi mendominasi meja makan. Memang, belum tentu ia pandai mengunyah nasi putih biasa. Makanya, awalnya, sediakan untuk nasi tim plus aneka lauk-pauk. Dari sini ia belajar bahwa makan nasi harus disertai lauk-pauk. Anda harus terus menambah perbendaharaan rasanya, dengan selalu memberikan jenis makanan yang bervariasi Tips: Setelah berumur 12 bulan, potong-potong makanan yang keras atau berbentuk bulatan (anggur, wortel, hot dog, keju atau daging) sampai ukuran kecil — sekitar ½ cm — sebelum memberikannya kepada si kecil. MASALAH YANG BISA TIMBUL Menurunnya selera makan. Ia lagi senang-senangnya bergerak, sehingga makan jadi prioritas terakhir. Jangan cemas. Ia pasti makan begitu lapar. Tugas penting Anda adalah menyediakan makanan bergizi seimbang baginya. Sedangkan tugas si kecil adalah memakannya, atau tidak sama sekali. Menerapkan taktik mengiming-iminginya sesuatu agar mau makan, bukan cara yang bijaksana. Kelak, anak baru mau makan kalau diberi sesuatu. Pilih-pilih makanan. Begitu kenal rasa berbagai jenis makanan, anak mulai pilih-plih makanan. Tantangan Anda adalah mencari tahu apakah ia tidak mau makan karena sakit, giginya tumbuh, tidak menyukai rasa atau tekstur makanan, atau ada yang lebih menarik dilakukan (makanan bukan lagi obyek eksperimen yang asyik). Berikut cara menghindari anak pilih-pilih makanan: • Makanlah bersamanya. • Sah-sah saja anak mau makan sesuatu minggu ini dan membencinya setelahnya. Ganti makanan itu dan biarkan ia mencobanya lagi kelak. Sebaiknya, makanan disajikan dalam suhu yang berbeda, sehingga nantinya ia tidak rewel gara-gara makanannya dingin atau panas. • Jangan isi penuh-penuh piring anak. Taruh makanan secukupnya saja dan beri pujian begitu ia berhasil menghabiskannya. • Siapkan makanan dalam porsi kecil, namun berikan lebih sering. • Variasikan makanannya, sehingga anak mau makan apapun. • Pandai-pandai menyelipkan atau ‘menyamarkan’ makanan. Misalnya, masukkan parutan wortel dalam muffin kesayangannya. Anak usia ini makin cerdas dan tahu persis kalau rewel dan menolak makanan utamanya, ada makanan alternatif, seperti yogurt atau biskuit. • Jadikan makanan penutup sebagai penawaran terakhir. Bila ia rewel, singkirkan piringnya dan jangan tawarkan apapun, kecuali sepotong kecil buah atau selembar keju, sampai waktu makan tiba. Ia pasti lapar dan tidak bakal membiarkan dirinya kelaparan. • ambil menyantap sajian makan malam yang telah dipersiapakan oleh istriku, Risya. Saya makan malam bareng keluarga. Saya sempat bertanya ke si Salma, anakku tentang prestasinya, "Rangking berapa kamu, Sal?" lalu Salma menjawab dengan muka sedikit berbangga, "Alhamdulillah aku rangking ke-6!". 4 manfaat membiasakan makan bareng keluarga Setiap anggota keluarga, baik ayah, ibu, serta anak-anak dapat menjaga hubungan dengan bertukar informasi terbaru selama acara makan bareng keluarga berlangsung. Banyak hal yang bisa menjadi topik bertukar informasi, semisal masalah sekolah, pekerjaan, kehidupan keluarga serta pertemanan. 1. Mempererat anggota keluarga - Ketahuilah bahwa mendiskusikan kegiatan sehari-hari dalam pertemuan keluarga semisal makan bareng keluarga mampu mempererat hubungan dalam anggota keluarga. Menjadual waktu pertemuan keluarga secara khusus guna mendiskusikan rencana, kebutuhan, dan menyelesaikan persoalan dapat menjadi hal yang sulit. Justru saat makan bareng keluarga bisa menemukan solusi secara natural dalam menghadapi beberapa hal yang sudah direncanakan. 2. Membangun identitas keluarga - Taksedikit keluarga di masyarakat ada yang berjuang mencari waktu untuk bisa berkumpul bareng, guna berdiskusi atau sekadar makan bareng. Padahal kegiatan tersebut akan memberikan perasaan positif bila dilakukan secara rutin. Masing-masing anggotanya akan merasa bangga bahwa keluarga mereka adalah "sebuah keluarga yang utuh". 3. Memberikan dampak positif bagi anak - sebuah universitas di Amerika pernah melakukan penelitian (studi) tentang keluarga, lebih tepatnya seputar anak-anak yang tidak pernah melakukan makan bareng dengan keluarganya. Hasilnya, 61% anak-anak tersebut rentan terlibat dengan pergaulan bebas, serta terlibat penggunaan obat-obatan terlarang. Berbanding terbalik dengan anak-anak yang dalam seminggu paling tidak sekali melakukan makan bareng keluarga, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa 20% lebih sedikit anak-anak terlibat dalam kasus mabuk-mabukan, merokok, atau memakai obat-obatan terlarang. 4. Mendorong setiap anggota keluarga untuk belajar menerima pendapat yang lain - Saat makan bareng keluarga terjalin komunikasi yang akrab, membicarakan beragam topik. Biasanya muncul berbagai opini dari masing-masing individu saat kumpul makan bareng. Setiap orang berhak mengemukakan pendapat, serta yang lain mendengarkannya. Ada permasalahan yang terungkap namun ada juga solusi atau jalan keluar dari setiap masalah yang dibicarakan saat itu. Tidak ada satu orangpun yang mendominasi saat belajar menerima pendapat orang lain. Bahkan, komunikasi akan berlangsung semakin sehat dan kuat. Itulah 4 manfaat membiasakan makan bareng keluarga. Ada pepatah yang mengatakan, "Segala masalah tuntas di atas meja makan", jangan heran bila beberapa pebisnis melakukan deal dalam suasana saat makan siang. Atau saat penghormatan tamu bagi orang penting, beberapa perusahaan menjamunya sambil makan bersama. Begitu pula dalam berkeluarga, semua permasalahan akan ada jalan keluarnya bila dilakukan sambil makan bareng. Seyogyanya, aktivitas makan bareng keluarga ini bisa dilakukan setiap hari oleh semua keluarga Indonesia. Sayangnya banyak sekali faktor penghambatnya sehingga niat untuk makan bareng tidak pernah bisa dilakukan setiap hari. Sebut saja, seperti kemacetan, rapat dadakan, acara televisi, serta kesibukan bisa menjadi kendala untuk melakukan makan bareng keluarga. • Perencanaan menu dalam keluarga. Lima Langkah Siapkan Menu Sehat Keluarga Tak mudah memang bagi seorang ibu untuk menyiapkan menu makanan sehat sehari-hari bagi seluruh anggota keluarga, apalagi bila anak Anda adalah tipe pemilih makanan, tak doyan sayur, atau malas makan. Namun, membiarkan dengan memberikan makanan apa saja sesuai dengan keinginan masing-masing, termasuk suami, dan tidak mengindahkan kandungan gizi pada makanan tentu juga bukanlah solusi yang tepat. Maka itu, diperlukan perencanaan dan siasat untuk menyiapkan masakan yang sehat bagi keluarga tercinta. Berikut lima langkah mempersiapkan menu sehat bagi keluarga: 1. Tulislah perencanaan menu masakan selama seminggu. Contohnya Anda ingin memasak ayam pada hari Senin, daging pada Selasa, ikan pada Rabu, tumis seafood pada Kamis, dan soto pada Jumat. Dengan begitu, Anda akan mengetahui kapan harus membeli, menyimpan dan mengelurkan bahan makanan itu dari kulkas. Perencanaan menu ini juga membantu Anda terhindar dari makanan basi atau kedaluwarsa. Atau, Anda juga tak perlu terburu-buru pergi ke warung untuk membeli bahan-bahan yang kurang. 2. Masaklah makanan yang memiliki kandungan protein tinggi. Jika Anda hendak mengolah daging, masaklah dengan dipanggang atau dibakar ketimbang digoreng dalam minyak. Jika keluarga Anda tak begitu gemar daging, Anda bisa juga menggantikannya dengan makanan lain yang juga kaya protein seperti telur, berbagai produk susu, kedelai seperti tahu, kacang-kacangan dan buncis. Daripada membeli bumbu jadi di supermarket yang telah melalui proses kimiawi, lebih baik Anda membuat sendiri racikan bumbu di rumah. 3. Siapkan bahan makanan berbahan dasar gandum seperti pasta, nasi merah, dan roti gandum. Memasukkan makanan berbahan dasar gandum ke dalam menu keluarga sehari-hari sangatlah baik karena gandum mengandung serat yang bagus bagi sistem pencernaan tubuh. 4. Selalu sediakan buah dan sayur di rumah. Jika tak sempat membelinya, Anda bisa membeli buah kalengan lalu memasukkannya ke kulkas, tapi pilih yang tidak mengandung gula atau garam. Kemudian, carilah berbagai resep kreatif makanan mengandung buah untuk disajikan setiap harinya sehingga keluarga tak merasa bosan, misalkan saja es buah, agar-agar buah, rujak, dan jus buah. 5. Pilihlah susu yang bebas atau rendah lemak guna menambah kalsium dan protein. Jika ada anggota keluarga yang alergi terhadap susu sapi, ganti dengan yoghurt atau susu kedelai. Selain itu, sebisa mungkin hindarilah konsumsi soda. Pentingnya Membuat Rencana Menu dan Bagaimana Cara Mempersiapkannya. Pepatah lama dalam bahasa Inggris yaitu "if you fail to plan; you plan to fail" juga berlaku dalam hidup berumah tangga khususnya dalam merencanakan menu makan. Seringkali kita menganggap enteng mengenai perencanaan menu atau hidangan di rumah, sehingga seringkali makan di luar atau pergi ke restoran, menjadi jalan pintas karena masakan rumah yang membosankan. Bila hal ini sering Anda alami, mungkin sudah saatnya Anda mengadopsi cara untuk merencanakan menu makan di rumah yang kerap disebut meal plan. Meal plan atau perencanaan hidangan (menu) sebetulnya sudah kita kenal dalam kehidupan sehari-hari, karena secara tidak langsung setiap rumah tangga sudah menerapkannya. Apa tandanya? Jika Anda selalu berbelanja secara rutin dengan membawa catatan akan kebutuhan yang harus dibeli, ini merupakan salah satu indikasi bahwa Anda sedang menjadi seorang meal planner. Beberapa alasan penting yang mendasar mengapa kita perlu menerapkan meal plan adalah sebagai berikut: • Belanja bahan-bahan sesuai menu atau hidangan yang akan dibuat • Anggaran belanja akan terkontrol karena Anda berbelanja sesuai kebutuhan • Anda tidak memerlukan banyak tempat penyimpanan bahan makanan jika sirkulasi penggunaan bahan hidangan sesuai dengan meal plan • Variasi menu yang lebih banyak akan menghindari pengulangan menu dan kebosanan • Hemat. Bila dibandingkan dengan bersantap di restoran, bersantap bersama di rumah jauh lebih hemat. Selain itu, juga akan membangun rasa kebersamaan dan kedekatan yang hangat dalam keluarga. Berdasarkan beberapa alasan di atas, menerapkan meal plan akan membawa kebaikan bagi Anda dan keluarga, mengapa Anda tidak memulainya sekarang?. Inilah beberapa cara yang dapat dilakukan juga catatan atau tips-nya. • Pastikan Anda memiliki komitmen penuh untuk memulai dan melakukannya. • Pilihlah jenis hidangan berdasarkan jenis bahan, asal hidangan dan preferensi lainnya seperti hidangan favorit keluarga, dan sebagainya. • Perlu diperhatikan juga bila ada kebutuhan khusus dalam keluarga seperti diet rendah kalori, garam, gula atau sedang hamil, dan lainnya. • Ibu dapat menuliskan jenis menu yang akan dihidangkan. Anda dapat menulis jenis menu pada selembar kertas kecil kemudian potongan kertas ini dapat dikombinasikan dan dirotasi sesuai selera. • Maksimalkan fungsi lemari pendingin untuk menyimpan bahan makanan dan jangan lupa untuk membersihkannya secara rutin setiap 6 bulan. • Untuk bahan makanan khususnya daging, pembelian bisa dilakukan sekaligus dalam jumlah besar. Selanjutnya, setelah dibersihkan, beri label dan tanggal lalu dikemas dalam porsi yang diperlukan untuk dibekukan di lemari pendingin. • Sebagai alternatif, Anda dapat menyiapkan hidangan dalam bentuk setengah matang dan matang untuk disimpan dalam lemari pendingin. Selanjutnya jika hendak dikonsumsi, hidangan hanya perlu dipanaskan ulang atau dimatangkan. • Batasi proses persiapan sampai tahap penyajian hidangan tidak lebih dari 30 menit; sisa waktu yang ada dapat digunakan untuk bersantap bersama dibandingkan sibuk berlama-lama di dapur. • Kreasikan menu yang sudah pernah dibuat untuk menambah variasi, misalnya dengan mengganti bentuk potongan sayur, jenis daging yang digunakan ataupun sekedar mengganti tampilan hidangan dan piring saji yang digunakan. • Penggunaan bumbu instan (bukan mie instan) dapat menjadi pilihan atau solusi untuk menambah jenis dan variasi hidangan. Selain dapat menghemat waktu persiapan, tidak diperlukan ketrampilan memasak yang tinggi; Anda hanya perlu menyelaraskan rasa sesuai selera • Selalu sediakan bumbu juga rempah di dapur, saus, telur, dan susu. Anda dapat membuat sebuah hidangan baru yang kreatif menggunakan bahan-bahan tersebut yang divariasikan dengan bahan hidangan yang sudah ada seperti sop, salad, ataupun makanan utama. • Weekend cooking, ciptakan kebiasaan keluarga untuk bersantap bersama minimal di akhir minggu. Orangtua dan anak dapat berinteraksi di dapur untuk menghasilkan hidangan berselera, baik sajian utama atau sekedar pencuci mulut. • Untuk makan siang, siapkan dalam kemasan plastik yang berkualitas agar mudah dipanaskan jika perlu dan siap dibawa keluar rumah tanpa khawatir tumpah atau bocor isinya. • Memiliki menu yang menarik pada bagian dapur keluarga di mana Anda dapat memilih dan mencari ide yang tepat untuk jenis hidangan karena resep lengkap dalam jumlah banyak siap menjawab kebutuhan rumah.

Pengertian imunisasi,dan jenis imunisasi

Arti Definisi/Pengertian Imunisasi,dan Jenis Imunisasi Pada Manusia Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat. Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten (Depkes RI, 2005). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat.A.A, 2009). Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. dengan memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit penyerang tubuh (Sudarmanto, 2000). Manfaat dan Tujuan Imunisasi Manfaat imunisasi dan tujuan pemberian imunisasi adalah memberikan kekebalan tubuh pada bayi dari penyakit-penyakit tertentu. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya (Depkes RI, 2005). Tahun 1997 Depkes telah mencanangkan program pengembangn imunisasi (PPI) Yang menunjukkkan agar semua anak mendapat imunisasi terhadap tujuh peyakit yaitu: hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, pertusis ,dan tbc. Jenis Imunisasi Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahan tubuh secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses pertahanan tubuh pertamakali adalah pertahan tubuh nonspesifik seperti komplemen dan makrofag dimana komplemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peranketika ada kuman yang masuk kedalam tubuh (Agloocon, 2009). Imunisasi dibagi 2 yaitu (Agloocon, 2009): 1. IMUNISASI AKTIF Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami resi imonologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkan sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. Kekebalan aktif terjadi bila seseorang membentuk sistem imunitas dalam tubunya. Kekebalan bisa terbentuk saat seseorang terinfeksi secara alamiah oleh bibit penyakit atau terinfeksi secara buatan saat diberi vaksin. Kelemahan dari kekebalan aktif ini adalah memerlukan waktu sebelum si penderita mampu membentuk antibodi yang tangguh untuk melawan agen yang menyerang. Keuntungannya, daya imunitas dapat bertahan lama bahkan bisa seumur hidup. Imunitsasi aktif dibagi 2 yaitu: a. IMUNITAS AKTIF ALAMIAH Pada saat tubuh kita dimasuki bibit penyakit, terjadi suatu mekanisme pembentukan sisitem pertahanan tubuh yang spesifik terhadap bibit penyakit yang menyerang. Dengan demikian bila bibit penyakit itu mencoba kembali menyerang, tubuh sudah siap dengan pertahanannya. b. IMUNITAS AKTIF BUATAN (DIDAPAT) Prinsip dari imunitas aktif didapat ini diambil dari imunitas aktif alamiah. Bedanya kita menyajikan bibit penyakit atau bagian daripadanya agar tubuh membentuk sistem imunitas spesifik sebelum bibit penyakit itu benar-benar datang. Inilah yang disebut vaksinasi. Keuntungan sari pemberian vaksianasi ini adalah kita dapat mengontrol agar masuknya bibit penyakit (agen) tidak sampai menimbulkan penyakit yang parah pada diri sipenerima. Walau mungkin tidak sengaja dalam keadaan normal kekebalan taubuh dapat terbentuk. 2. IMUNISASI PASIF Merupakan pemberian zat imonoglobulin yaitu suatu at yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Kekebalan pasif terjadi bila seseorang mendapat daya imunitas dari luar dirinya. Kekebalan seperti ini bisa didapat langsung dari luar atau secara alamiah (bawaan). Keunggulan dari kekebalan pasif adalah langsung dapat dipergunakan tanpa menunggu tubuh penderita membentuknya. Kelemahannya adalah tidak dapat berlangsung lama. Kekebalan seperti ini memang biasanya hanya bertahan beberapa minggu atau bulan saja. a. IMUNITAS PASIF ALAMIAH Pada saat seorang bayi lahir kedunia, ia dibekali dengan sistem kekebalan tubuh bawaan dari ibunya. Inilah yang kita sebut dengan kekebalan pasif alamiah. Kekebalan jenis ini sangat tergantung pada kekebalan yang dipunyai oleh ibunya. Misalnya bila ibu mendapat imunisasi tetanus pada saat yang tepat dimasa kehamilan, maka anak memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk terlindung dari infeksi tetanus disaat kelahirannya. Imunitas ibu yang dibekali pada sibuah hati antara lain imunitas terhadap difteri dan campak. b. IMUNITAS PASIF DIDAPAT Pada keadaan ini imunitas didapat dari luar misalnya pemberian serum anti tetanus. Kelebihannya dapat langsung digunakan tubuh untuk melawan penyakit, tapi sayangnya kekebalan jenis ini mempunyai waktu efektif yang pendek.

Pengertian kesehatan

Pengertian kesehatan. Definisi sehat : Suatu keadaan sehat jasmani, rohani dan sosial yang merupakan aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan yang merupakan aspek negatif. Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan” Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Pengertian Kesehatan Menurut Undang-Undang Dalam Undang-Undang ini yang pengertian kesehatan adalah: • Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. • Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. • Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. • Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. • Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudahadaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapatjaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap ‘teranaktirikan’ dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri Aspek-Aspek Kesehatan Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain : A. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. B. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. • Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran. • Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya. • Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya. C. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. D. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

Hakikat bermain anak usia dini

Hakikat bermain anak usia dini. A. Hakikat bermain bagi AUD Bermain bagi seorang anak, menurut Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, tidak tergantung pada mahal-murahnya permainan atau alat permainan yang digunakan. "Karena bermain adalah kebutuhan. Dengan bermain anak-anak bisa mengembangkan semua potensi di dalam dirinya, moral, sosial, emosi, ekspresi, dan sebagainya," bermain yang murni adalah membiarkan anak bersenang-senang tanpa harus menjadi pintar, atau harus ada pelajaran tertentu di dalam permainan itu. "Bermain adalah memberi anak kesempatan untuk tertawa dan bercanda bebas. Salah satu fungsi permainan adalah anak bisa menyalurkan energinya," Menurut Mildred Parten (1932) dilihat dari perkembangan sosial, bermain dapat dikelompokkan menjadi lima macam : a. Solitary games (bermain sendiri) b. Onlooker games (bermain dengan melihat temannya bermain) c. Parallel games (bermain paralel dengan temannya), bermain denga materi yang sama, tetapi masing-masing bekerja sendiri d. Associative games (bermain beramai-ramai), anak bermain bersamasama tanpa ada suatu organisasi e. Cooperative games (bermain kooperatif), ada aturan dan pembagian peran, salah satu anak menolak bermian, permainan tidak akan terlaksana. Permainan juga dapat dikelompokkan dalam : (a) Permainan fisik; (b) Lagu anak anak; (c) Teka-teki, berpikir logis/matematis; (d) Bermain dengan benda benda; dan (e) Bermain peran. B. Fungsi bermain dalam perkembangan sosial AUD Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan bagi perkembangan anak usia TK, menurut Hartley, Frank, dan Goldenson sebagaimana dikutip oleh Moeslichatoen, ada 8 fungsi bermain bagi anak: 1. Memainkan apa yang dilakukan oleh orang dewasa 2. Untuk melakukan berbagai peran yang ada dalam kehidupan nyata 3. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. 4. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat 5. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima 6. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan 7. Mencerminkan pertumbuhan 8. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah. Sedangkan menurut Hetherington dan Parke bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak. Dengan bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu yang dihadapinya. Bermain juga meningkatkan perkembangan sosial anak. Dengan menampilkan bermacam-macam peran, anak berusaha memahami peran orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya setelah ia dewasa kelak. Sejalan dengan Hetherington dan Parke di atas, Dworetzky (1990) juga mengemukakan fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peranan penting bagi perkembangan kognitif dan sosial anak. Fungsi bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral , kreatifitas dan perkembangan fisik anak. Beberapa fungsi bermain antara lain: 1. Mempertahankan keseimbangan 2. Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari 3. Mengantisipasi peran yang akan dijalani di masa yang akan datang 4. Menyempurnakan keterampilan-keterampilan yang dipelajari 5. Menyempurnakan keterampilan memecahkan masalah 6. Meningkatkan keterampilan berhubungan dengan anak lain. C. Bentuk permainan yang mendorong perkembangan sosial AUD 1. BERMAIN DI DALAM RUANG Mencari teman Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam bermain “mencari teman” antara lain • Fisik Motorik Dalam kegiatan bermain ini mengajak anak untuk banyak bergerak dan berlari. • Sosial Dalam permainan ini dapat meningkatkan interaksi antar teman saat anak mencari pasangannya. • Bahasa Dalam berinteraksi maka akan meningkatkan komunikasi yang terjadi pada anak sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat terlatih. Tepuk bersama Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam bermain ”tepuk bersama” antara lain : • Fisik MotorikDalam permainan ini dapat meningkatkan koordinasi tangan anak. • Sosial Bermain ini juga dapat melatih anak untuk melakukan kekompakan serta kerjasama. Bermain Peran Aspek-aspek yang dikembangkan dalam permainan ini: • Sosial Emosional • Bahasa • Kognitif BERMAIN DI LUAR RUANG • Menjala ikan Cara Bermain : 2-3 anak di suruh bergandengan tangan dan berperan sebagai jala ikan. Sedangkan anak-anak lainnya berperan sebagai ikan. Mereka yang berperan sebagai ikan bebas berlarian di lapangan ataupun dalam ruangan. Bila ada tanda (peluit atau hitungan atau tepukan tangan) dari guru anak-anak yang berperan sebagai jala harus berusaha menangkap ikan (anak-anak yang berlarian dalam ruangan/lapangan) sebanyak-banyaknya dengan cara mengurungnya dalam lingkaran tangan. Usahakan jala jangan tercerai berai. Sedangkan anak yang berperan sebagai ikan berusaha lari menghindar jangan sampai tertangkap. Anak-anak yang telah tertangkap ikut bergabung sebagai jala, sehingga semakin lama jala semakin lebar. Sedangkan ikan yang harus ditangkap semakin sedikit. Permainan berakhir jika sudah tidak ada ikan yang perlu di tangkap lagi. Permainan ini dapat dimodifikasi dengan memasang beberapa kelompok anak (2-3 pasang) sebagai jala. Lalu kelompok jala ini saling bersaing untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya. • Elang dan Anak Ayam Kata Polisi Elang dan Anak Ayam Cara Bermain : : bagi anak menjadi beberapa kelompok. Paling banyak anggotanya berjumlah sepuluh tiap kelompok. Dalam satu kelompok pilih satu untuk berperan sebagai elang, sedangkan yang lin berperan sebagai ayam. Bariskan anak-anak yang berperan sebagai ayam. Tiap anak berpegangan pada pundak teman didepannya. Anak yang paling depan berperan sebagai induk ayam dan bertugas melindungi anak ayam dari kejaran burung elang dengan cara merentangkan kedua tangan. Burung elang bebas menangkap anak ayam yang paling belakang. Anak ayam yang tertangkap harus keluar dari barisan. Usahakan barisan anak ayam jangan sampai terputus. Permainan berakhir jika sudah tidak ada anak ayam yang tersisa. Setelah itu bisa diganti dengan kelompok berikutnya. BERMAIN DENGAN ALAT • Mana sepatuku • Kartu Angka • Lompat Tali • Bermain Kelereng • Puzzle D. Alat – alat permainan yang mendorong perkembangan sosial AUD Alat permainan merupakan media belajar bagi anak. Alat permainan memiliki fungsi membantu mengembangkan seluruh dimensi perkembangan bagi anak usia TK yaitu perkembangan motorik, kognitif, kreativitas, bahasa sosial dan perkembangan emosional anak. Bermain adalah memberi anak kesempatan untuk tertawa dan bercanda bebas, Untuk mendapatkan itu semua, seorang anak tidak harus mempunyai alat-alat bermain yang harus dibeli dan berharga mahal. Bermain petak umpet yang tidak memerlukan alat bermain khusus, bisa dilakukan , dan merupakan salah satu bentuk permainan anak yang bisa menjadikan anak aktif, mampu bersosialisasi, mampu berkompetisi dan bisa mengembangkan emosinya secara wajar, bahkan dengan kulit jeruk Bali, anak bisa berkreasi membuat berbagai alat permainan seperti mobil-mobilan atau pesawat terbang. Berbeda dengan anak-anak di luar perkotaan, anak-anak perkotaan saat ini cenderung diberikan alat-alat bermain yang lebih mewah. Padahal alat-alat bermain yang mahal tersebut tidak semuanya mengandung sisi edukatif dan bisa menjadikan anak kreatif. E. Usaha guru dalam memanfaatkan permainan untuk mengembangan sosial orangtua yang memiliki uang memang cenderung untuk membelikan saja anaknya mainan daripada susah-susah membuat suatu mainan. Hal ini tidak sepenuhnya buruk asalkan alat bermain yang dipilih anak bisa menjadikan anak kreatif, mampu bersosialisasi dan mengembangkan potensinya dengan baik. Di sisi lain, perlu terus dijaga agar alat bermain yang diberikan diperoleh si anak melalui upaya tertentu, misalnya juara kelas. "Dengan begitu anak menghargai mainan yang diberikan kepadanya. ex :"Computer game" yang banyak dimainkan anak-anak perkotaan, permainan ini banyak yang menyajikan agresivitas kepada anak, antara lain dalam bentuk permainan peperangan, "Orangtua harus berperan untuk menjelaskan inti permainan itu kepada anak, sehingga anak tidak mempersepsikan sendiri apa yang dilihatnya. Usaha guru, melalui alat permainan (media belajar) dalam pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Para guru harus dapat memanfaatkan media belajar dengan disesuaikan pada kebutuhan pengembangan keilmuan untuk anak usia dini (peserta didik) DAFTAR PUSTAKA Referensi: http://kafeilmu.com/2012/09/fungsi-media-belajar-alat-permainan-dalam-pendidikan.html#ixzz2BRW1JKEb